Aku
Anak kebanyakan
Aku tiba di ini hari
Membawa ceritera untuk mu
Dari lorong memanjang dan gerhana
Supaya bangsa bisa hidup dan berkembang
Tenunglah wajah ku
Kerut-kerut pengalaman serta penderitaan
Tapi masih bersinar
Sejernih cahaya mentari
Menelan keperitan
Menjemur kehitaman.
Aku anak kebanyakan
Tidak anak bumiputra
Karena putra milik mereka
Milik darjat milik istana.
Aku anak jelata
Karena matang di bumi derita
Bertahun dulu ibu mengandung
Membawa zuriat bangsa terkandung
Ayah membanting di padang belalang
Datuk berenang di ombak bergaram
Ikan
Tanaman
Menyuburkan badan
Aku
Anak kebanyakan
Aku bernafas di zaman pancaroba
Walau pencemaran meracun rongga
Akan ku sedut
Akan ku telan
Udara sebisa ini.
Aku bebal pada kemusnahan
Sebab aku anak kebanyakan
Gugur ku tak siapa yang pedulikan
Aku
Aanak kebanyakan
Berikan aku sewaktu lagi
Ingin ku perturunkan dongeng keturunan
Di masa silam dan esok mendatang
Anak kebanyakan
Di merata rata
Menelan umur
Meretak tulang
Bakal menjadi rakyat kebanyakan
Banyak pada bilangan
Segelintir pada pemilikan
Anak kebanyakan
Cukup sekadar tahu berladang
Bukan pesan nenek dan moyang
Tapi tekanan zaman penjajahan
Anak kebanyakan
Masih menanti
Masih mencari
Panggilan alam
Penawar di kala kesusahan
Anak kebanyakan
Akan di sini lagi
Hari ini
Esok hari
Sebab kebanyakan menanda kebiasaaan
Aku
Anak kebanyakan
Akan berceritera lagi
Pada anak-anak dan cucu-cucu ku
Supaya kau tahu jadah alam
Airmata dan peluh moyang
Pasti membawa wasiat perjuangan
Aku
Anak kebanyakan
Mesti ke depan
Sudah cukup dilupakan
Sudah lama ditindaskan
Konon menjunjung titah kesentosaan
Aku
Anak kebanyakan
Tak bisa disekatkan
Sehingga kebanyakan memnguasai corak pengetahuan
Manan Wan
4 November 1979
1 comment:
A meaningful poem. Write more!
Post a Comment